Minggu, 21 November 2021

MERAIH IMPIAN DI TENGAH KETERBATASAN

Cerpen Dian Mardiana, S. Pd





Sejak lahir pemuda berwajah rupawan itu dipanggil anak emas. Kehadirannya sangat dinantikan Bu Marni dan Pak Mardi setelah lima tahun pernikahannya. Saat berusia 8 tahun dia mengalami sakit yang membutuhkan perawatan intensif. Rasa sakit di bagian kepala seringkali dirasakan Radi. Bu Marni pun tak kuasa melihat kondisi anaknya yang sering mengalami kesakitan bahkan sampai membuat Radi tak sadarkan diri menahan rasa sakitnya. Sampai akhirnya Pak Mardi memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit daerah setempat.

“Dokter...dokter tolong bantu sembuhkan anak saya,” ucap Bu Marni sambil menangis.

“Kenapa dokter dengan anak saya?” tambah Pak Mardi.

Dokter dengan bantuan suster yang saat itu sedang jaga malam, langsung bergegas menuju ruang tindakan pasien. Setelah beberapa hari, hasil diagnosa  menyatakan bahwa Radi mengidap penyakit kanker. Bu Marni dan Pak Mardi sangat terpukul mendengar hasil diagnosa yang disampaikan dokter. Mereka pun berupaya dan berdoa untuk kesembuhan anaknya.

Hampir tiga bulan Radi mendapatkan perawatan di rumah sakit dan membutuhkan biaya yang tak sedikit. Untuk membiayai penyembuhan sakit Radi, mengharuskan Pak Mardi menjual rumah. Karena biaya rumah sakit yang sangat mahal, dengan berat hati pak Mardi memutuskan untuk merawat Radi di rumah kontrakan dan melanjutkan pengobatan dengan mencoba beberapa pengobatan alternatif. Setelah beberapa bulan menjalani pengobatan alternatif, akhirnya kondisi Radi semakin membaik sampai dinyatakan terbebas dari penyakit kanker berdasarkan hasil pemeriksaan terakhir dari rumah sakit.

Alhamdulillah, Nak…kamu bisa sembuh dan tumbuh menjadi anak yang sehat,” ucap Bu Marni.

“Terimakasih, Bu, atas kesabaran dan doa yang selalu Ibu ucapkan untuk kesembuhan Radi,”  ucap Radi.

Semakin hari kondisi Radi semakin membaik dan tumbuh menjadi pribadi yang memiliki akhlak yang baik dan taat pada agama. Selepas pulang sekolah dia selalu mengikuti kajian keagamaan di masjid yang dekat dengan rumahnya. Bu Marni bangga anak laki-laki yang diinginkannya tumbuh menjadi pribadi yang taat pada agama.

Ketika tumbuh dewasa Radi pun memutuskan untuk menikah dengan perempuan pilihannya, sehingga dengan berat hati Bu Marni dan Pak Mardi harus merelakan anak laki-laki kesayangannya untuk tinggal bersama istrinya. Setelah beberapa bulan menikah Radi pun dikaruniai seorang anak laki-laki. Dia hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Sebagai seorang pemimpin dalam rumah tangga dia adalah sosok yang penyabar, bertanggung jawab dan ucapannya bisa menyejukkankan hati bagi keluarga. Tutur katanya yang baik dan sopan, seringkali menjadikannya sebagai pembicara di berbagai acara baik dalam acara pertemuan keluarga, pernikahan, ataupun keagamaan. Pesan yang disampaikannya sangat menyentuh dan menyejukkan hati yang mendengarkannya.

Di tengah kesibukannya sebagai buruh pabrik tektstil yang berada di wilayah Bandung, Radi tetap menyempatkan waktu untuk mengikuti kajian keagamaan dan mengajar ngaji anak-anak di masjid sekitar tempat tinggalnya. Sampai akhirnya mendapat panggilan Ustadz Radi dari anak-anak yang diajarkannya. Sosok Ustadz Radi yang humble dan humoris membuat suasana di tempat belajar mengaji menjadi menyenangkan.

“Anak-anak, salah satu kewajiban kita sebagai anak yaitu berbakti kepada orang tua. Mumpung orang tua kita masih hidup, bahagiakan mereka sebagaimana mereka membahagiakan kita sewaktu kita masih di kandung, saat lahir dan sampai kita sudah dewasa,”  ucap Ustadz Radi.

“Iya….Insyallah, Pak Ustadz,”  ucap sebagian anak-anak.

Dia sosok yang gigih dalam bekerja untuk menafkahi keluarga dan membantu orang tuanya yang saat ini sudah tidak bekerja. Do’a dan harapannya selalu tercurah untuk kebahagiaan keluarga dan orang tuanya. Pada suatu waktu pekerjaan di pabrik sangat menumpuk, banyak laporan agenda kerja yang harus diselesaikan. Waktu menunjukkan pukul 5 sore, sudah seharusnya seluruh karyawan pulang. Hanya saja saat itu pekerjaannya belum selesai sehingga mengharuskan Ustadz Radi lembur untuk menyelesaikan pekerjaannya sampai larut malam.

Saat sedang menyelesaikan laporan tiba-tiba penglihatannya kabur dan buram. Hal ini sering terjadi, hanya saja ia sering mengabaikannya. Sejenak dia memejamkan matanya, namun saat dibuka perlahan penglihatannya masih terlihat kabur. Dia langsung berlari menuju masjid, sesampainya di masjid tiba-tiba penglihatannya gelap dan tidak bisa melihat keadaan di sekitarnya. Ia pun terkejut dengan kondisi yang dialaminya. Selama berada di masjid ia pun terus bersujud, tak henti-hentinya berdo’a dan berdzikir kepada Allah SWT. Air matanya pun tak terbendung dengan kondisi yang dialaminya, ia khawatir apabila tidak bisa melihat lagi seperti biasanya.

Astagfirullah aladzim, apa yang terjadi dengan penglihatanku? Ya Allah... berikanlah kesembuhan untuk penglihatanku,” ucap Ustadz Radi.

Setelah beberapa saat Ustadz Radi pun mencoba membuka matanya secara perlahan, penglihatannya bisa melihat kembali hanya saja seringkali tiba-tiba buram. Ia pun meminta bantuan teman untuk mengantarkan kerumah karena kondisi penglihatannya yang belum membaik. Keesokan harinya Ustadz Radi memutuskan untuk berobat ke rumah sakit cicendo Bandung. Hasil pemeriksaan dokter menyatakan bahwa Ustadz Radi terkena Glaukoma, apabila tidak ditangani dengan cepat akan mengakibatkan kebutaan total. Dokter menyarankan segera di operasi untuk mencegah kebutaan total dan mengurangi gejalanya.

            Beberapa minggu kemudian operasi pun dijalani, istri dan kedua orang tuanya senantiasa selalu berdo’a untuk kesembuhan Ustadz Radi. Operasi dilakukan untuk menurunkan tekanan pada bola mata, serta mengurangi rasa sakit pada mata yang tertekan cairan berlebih. Namun mata sebelah kanan saja yang bisa dilakukan pencegahan, karena kondisi mata sebelah kiri kondisinya sudah akut dan mengalami kebutaan. Hal ini disebabkan karena terlambat mendeteksi dan penanganan gejala yang terjadi.

            Dengan kondisi penglihatan saat ini, dia sangat bersyukur masih diberikan kesempatan untuk bisa melihat meskipun hanya sebelah mata yang berfungsi. Dia selalu mengajarkan kepada istri, anaknya dan anak-anak yang dibimbingnya mengaji untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah diberikan oleh Allah SWT. Dengan kondisi saat ini tidak menyurutkan kegigihan Ustadz Radi dalam bekerja, bahkan dia sering mengikuti ceramah keagamaan. Di sela waktu liburnya dia memanfaatkan waktunya untuk memperdalam ilmu agama dan seringkali menjadi penceramah di beberapa kegiatan keagamaan.

            Doa dan harapan selalu dipanjatkan untuk kebahagian keluarga kecil dan kedua orang tuanya. Salah satu keinginan terbesarnya ia ingin memberangkatkan orang tuanya menjalankan ibadah haji. Dari hasil penghasilannya ia selalu sisihkan untuk menabung agar kedua orang tuanya bisa menjalankan ibadah haji. Meskipun penghasilannya tidak besar dan harus mencukupi kebutuhan keluarganya, ia tetap berupaya ingin mewujudkan harapan kedua orang tuanya untuk menjalankan ibadah haji. Bahkan ia mengesampingkan kebutuhan dirinya sendiri, yang membutuhkan kendaraan untuk bekerja karena kondisi motor yang saat ini digunakan sudah tua dan seringkali mogok di tengah perjalanan. Meskipun demikian Ustadz Radi tetap bersabar, selalu bersyukur dan tidak pernah mengeluh dengan apa yang dimilikinya.

            Kondisi motor tua yang ia gunakan saat ini dalam keadaan kurang baik dan ada beberapa bagian yang harus diperbaiki, seperti remnya yang kurang berfungsi dengan baik dan lampu motor yang sudah rusak. Dengan kondisi motor yang demikian dan kondisi penglihatannya saat ini mengakibatkan Ustadz Radi mengalami kecelakaan tunggal menabrak truk yang parkir di pinggir jalan saat dia pulang kerja malam. Kecelakaan ini mengakibatkan kaki sebelah kanan Ustadz Radi patah dan mengharuskannya istirahat dirumah dalam waktu beberapa minggu sambil menjalani terapi untuk proses penyembuhan kakinya.

Mendengar kabar Ustadz Radi kecelakaan, pimpinan pondok pesantren datang menengok kerumahnya. Setelah mendengar kronologis kejadiannya ia pun merasa empati dengan kejadian yang telah menimpa Ustadz Radi. Melihat kondisi motor yang sangat rusak parah, akhirnya pimpinan pondok pesantren pun memberikannya motor untuk digunakan bekerja pada saat Ustadz Radi kondisinya sudah membaik. Ia pun keberatan dan menolak pemberiannya karena terlalu banyak bantuan yang sudah diberikan.

“Tolong Ustadz hargai itikad baik saya dan kebetulan motor ini juga jarang dipakai, jadi dari pada mubazir tidak terpakai saya amanahkan kepada Ustadz Radi untuk menggunakannya,” ucap pimpinan pondok pesantren.

Mendengar ucapan dari pimpinan pondok pesantren itu, Ustadz Radi pun tak kuasa menolak pemberiannya. Ia sangat berterima kasih dan bersyukur karena dikelilingi orang-orang yang baik di sekitarnya. Sehingga saat ini ia hanya fokus untuk kesembuhan kakinya dan tidak perlu memikirkan lagi biaya servis untuk memperbaiki motor tua kesayangannya yang mengalami kerusakan parah..

Setelah menjalani terapi pengobatan kakinya, semakain hari kondisi Ustadz Radi semakin membaik. Ia pun bisa kembali bekerja dan mengikuti kegiatan rutin di pesantren bahkan menjadi penceramah di beberapa kegiatan pengajian dari masjid ke mesjid. Pada satu waktu di tempat Ustadz Radi memperdalam ilmu agama dibuka pendaftaran untuk melaksanakan ibadah Umroh. Ia sangat ingin mendaftarkan kedua orang tuanya, namun uang tabungannya masih belum cukup. Akhirnya ia pun berupaya untuk mencari pinjaman di koperasi tempatnya bekerja. Dari hasil uang tabungan dan pinjamanya, ia pun langsung mendaftarkan kedua orang tuanya tanpa sepengatahuan mereka.

Beberapa bulan kemudian, informasi keberangkatan ibadah Umroh pun yang ditunggunya telah tiba. Ia sangat senang dan langsung memberikan kabar gembira itu kepada orang tuanya. Mendengar kabar gembira tersebut Bu Mirna dan Pak Mardi sangat terharu sampai meneteskan air mata atas kejutan yang telah diberikan oleh putra satu-satunya itu. Ini merupakan impian mereka yang selalu diucapkan kepada Ustadz Radi. Hanya saja harapan mereka, Ustadz Radi pun bisa ikut untuk menemani dan mendampingi kedua orang tuanya untuk melaksanakan ibadah Umroh.

“Radi kan masih ada kesempatan di lain waktu Pak…Bu…untuk melaksanakan ibadah Umroh, saat ini bapak sama ibu dulu yang berangkat. InsyaAllah nanti kalau ada rezekinya semoga kita bisa berangkat bersama-sama.”

“Terimakasih, Nak, atas apa yang sudah kamu berikan, Ibu sangat bersyukur dan bangga memiliki anak sepertimu,” ucap Bu Mirna sambil menangis tersedu-sedu dan memeluk Ustadz Radi.

Sebelum beberapa hari keberangkatan, Ustadz Radi pun sibuk mempersiapkan perlengkapan kebutuhan kedua orang tuanya selama ibadah Umroh. Menjelang beberapa hari keberangkatan, Ustadz Radi mendengar kabar dari pesantren tempatnya memperdalam ilmu agama bahwa akan ada beberapa jamaah dari pesantren tersebut yang akan diberangkatkan mengikuti ibadah Umroh dengan rombongan sekarang. Ia pun tidak banyak berharap mengingat masih baru bergabung di pesantren tersebut. Setelah mengisi ceramah dalam acara pengajian di masjid, pimpinan pondok pesantren yang merupakan pemilik salah satu agen travel di Bandung menghampiri dan menawarkan untuk ikut dalam rombongan keberangkatan Ibadah Umroh pekan depan bersama orang tuanya.

Mendengar tawaran tersebut Ustadz Radi sangat terkejut dan tidak percaya impiannya selama ini bisa terwujud. Seolah tidak percaya, ia pun bertanya berulang-ulang keseriusan tawaran tersebut.

“Alhamdulilllah Ya Allah…Engkau telah mengabulkan do’aku selama ini,” ucap Ustadz Radi sambil bersujud syukur dan meneteskan air mata.

Sesampainya dirumah ia pun langsung menyampaikan kabar gembira tersebut kepada orang tuanya.

“Alhamdulillah Pak…Bu…saya mendapatkan tawaran untuk berangkat ibadah Umroh bersama Ibu dan Bapak,” ucap Ustadz Radi. Mendengar kabar tersebut Bu Marni dan Pak Mardi sangat senang karena impian dan doa mereka selama ini dapat terwujud. Ustadz Radi pun sibuk mempersiapkan kebutuhannya mengingat waktunya tinggal beberapa hari lagi. Sampai hari keberangkatannya rasa haru dan tak percaya masih dirasakan Ustadz Radi bisa melaksanakan ibadah Umroh bersama kedua orang tuanya.

Sesampainya di Tanah Suci, ia pun tak henti-hentinya berdzikir dan bersyukur mengucapkan Alhamdulillah, Subhannallah dan Allahu Akbar. Rasa tidak percaya dan seperti mimpi karena hal yang diinginkan dan do’a dari kedua orang tuanya selama ini bisa tercapai. Mungkin inilah yang bisa ia berikan untuk membahagiakan kedua orang tuanya meskipun tidak sebanding dengan pengorbanan dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini. Selama beribadah di Tanah Suci tiada hentinyado’a selalu dipanjatkan untuk kebahagiaan mereka dan keluarga kecilnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Praktik Baik : Menjadi Content Creator Bernilai Citra Roska Awaliyah, M.Pd Guru IPA SMPN 3 NGAMPRAH Calon Guru Penggerak Angkatan ...