Minggu, 26 September 2021

GATOTGACA 3 NGAMPRAH: SEBUAH PENGANTAR

oleh Citra Roska Awaliyah, M.Pd





Upaya peningkatan mutu pendidikan di setiap jenjang dan satuan pendidikan adalah sebuah keniscayaan. Hal tersebut dapat menjawab berbagai persoalan yang terus bergulir sesuai dengan perkembangan dan dinamika masyarakat. Pendidikan adalah sarana yang strategis untuk menciptakan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan perubahan. Para pengelola pendidikan baik di tingkat pusat maupun daerah sampai ke tingkat satuan pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab dalam menyelenggarakan pendidikan yang bermutu.

Namun untuk menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, perlu upaya yang direalisasikan dalam bentuk implementasi sesuai dengan tanggung jawab dan kewenangan masing-masing. Pemerintah pusat telah mengeluarkan standardisasi pendidikan yang tertuang dalam Standar Nasional Pendidikan yang harus menjadi acuan setiap pemerintah daerah untuk mencapai standar tersebut. Selain itu, juga terus mendorong upaya peningkatan mutu pengelolaan pendidik dan tenaga kependidikan melalui sertifikasi guru, penambahan sarana prasarana pendidikan, program penilaian kinerja guru dan kepala sekolah, menggulirkan kurikulum baru, dan sebagainya.

Masalah mutu pendidikan masih menjadi perhatian berbagai pihak. Bahkan banyak hasil survey yang menunjukkan bahwa pendidikan kita masih belum bisa dibanggakan jika  dibandingkan dengan negara-negara lain. Indonesia selalu berada di peringkat bawah dalam hal pendidikan. Salah satu hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kita masih berada di bawah negara-negara lain yaitu kemampuan literasi atau kemampuan membaca.

Budaya membaca masyarakat kita masih berada di bawah negara-negara lain. Padahal, para peserta didik sebagai harapan masa depan negeri ini memiliki tantangan yang lebih berat di masa datang. Oleh karena itu sangatlah strategis apabila di sekolah-sekolah dirancang program yang terencana, terarah, dan terimplemtasikan dengan konsekwen dan konsisten. Misalnya program pembudayaan membaca bagi warga sekolah masing-masing. Kita dapat membayangkan apabila para peserta didik kita merupakan generasi yang rajin membaca. Mereka akan haus membaca dan akan menghasilkan generasi yang pasti lebih baik dari hari ini. Berikut adalah beberapa data yang mengungkapkan masalah-masalah membaca.

Masyarakat membaca hanya untuk mencari alamat. Membaca untuk harga-harga. Membaca untuk melihat lowongan pekerjaan. Membaca untuk menengok hasil pertandingan sepak bola. Membaca karena ingin tahu berapa persen discount obral di pusat perbelanjaan. Dan akhirnya membaca subtitle opera sabun di televisi untuk mendapatkan sekadar hiburan. Atau membaca sms dan sosial media sambil tiduran disofa menikmati makanan ringan sambil nonton tv.

Badan Penelitian dan Pengembangan Perpustakaan Nasional menyebutkan bahwa dari 3.000 jumlah SD dan SLTP di Indonesia, hanya 5% yang memiliki perpustakaan. Begitu juga yang terjadi di SMP Negeri 3 Ngamprah. Jumlah siswa yang berkunjung, meminjam, dan membaca buku di perpustakaan serta siswa yang memiliki kebiasaan membaca di luar sekolah masih sangat rendah di bawah 25% dari jumlah siswa. Kondisi ini menuntut sekolah perlu menata dan merancang program yang dapat meningkatkan kebiasaan membaca.

Masalah-masalah klasik yang mungkin menjadi tantangan para pengelola pendidikan adalah belum adanya tenaga khusus, pustakawan yang mengelola perpustakaan secara professional, kurangnya koleksi buku, dan sarana pendukung lainnya seperti tempat/ halaman yang kondusif untuk para siswa membaca, dan tentunya belum adanya program yang secara nyata dapat mengkondisikan para peserta didik untuk rajin membaca.

Berangkat dari masalah-masalah tersebut di atas, kami mencoba membuat program untuk meningkatkan minat baca para siswa SMP Negeri 3 Ngamprah dengan program yang disebut “Gerakan Total SMPN Tiga Ngamprah Membaca (GATOT GACA)”.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan minat membaca para siswa SMP Negeri 3 Ngamprah Kabupaten Bandung Barat. Indikatornya dapat dilihat dari meningkatnya rata-rata jumlah buku yang dibaca siswa setiap bulan. Meningkatnya jumlah siswa yang berkunjung, meminjam, dan membacabuku diperpustakaan. Meningkatnya pemanfaatan waktu di luar sekolah dengan kegiatan membaca. Meningkatnya wawasan para siswa melalui kegiatan membaca. Serta meningkatkan literasi membaca siswa.

Ada banyak manfaat yang dapat kita ambil dari program tersebut. Baik itu manfaat bagi sekolah, bagi guru, maupun bagi siswa. 

Manfaat bagi sekolah misalnya saja; sekolah akan memiliki siswa yang rajin membaca, yang akan menjadi salah satu budaya sekolah. Hal ini tentu saja dapat meningkatkan  kualitas   pendidikan  karena diyakini dengan memiliki siswa yang rajin membaca akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.

Manfaat bagi guru, di antaranya,  guru dapat memantau kegiatan membaca para siswa melalui proses pembelajaran dan mereka akan lebih mudah pada saat memberi tugas untuk membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan mata pelajaran. Guru-guru bahasa juga akan dengan mudah dalam meningkatkan kemampuan membaca para siswa.

Terakhir, manfaat yang dapat dirasakan oleh siswa. Para siswa akan memiliki kebiasaan membaca di  berbagai kesempatan yang mereka miliki. Dengan banyak membaca, para siswa akan memiliki wawasan dan pengetahuan yang lebih luas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

  Praktik Baik : Menjadi Content Creator Bernilai Citra Roska Awaliyah, M.Pd Guru IPA SMPN 3 NGAMPRAH Calon Guru Penggerak Angkatan ...