Minggu, 17 Oktober 2021

Sang Koleris

Cerpen Andri Rahmansah, S.Pd 




Kuat. Itulah first impression saat orang mengenal Kemala. Sejak SMP, dia sudah ditinggalkan oleh ayah yang sangat ia cintai. Tanpa sakit atau tanda-tanda lain pada kematian, ayahnya meninggal. Tepat satu hari setelah Idul Fitri. Saat itu, almarhum dalam keadaan sehat wal afiat. Tentu saja hal itu sempat mengagetkannya, keluarga, bahkan tetangganya. Namun demikian, tidak ada yang kebetulan, bahkan saat selembar daun jatuh ke bumi pasti dengan pengawasan-Nya. 

          “Tuhan lebih sayang ayahku,” pikir Kemala.

Setelah kematian ayahnya, Kemala kehilangan figur ayah sekaligus teman yang sangat mencitainya. Bagaimana tidak? Kemala merupakan anak bungsu dari lima bersaudara. Kemala kecil menjalani hidup seakan tanpa pegangan. Kehilangan role model. Keempat kakaknya sudah berkeluarga, sudah punya kewajiban masing-masing. Karena itu pula, dia dibentuk dari keluarga yang cenderung permisif. Satu-satunya orang yang bisa diajak berkomunikasi adalah umi. Selain itu, bersekolah mampu mengobati ruang kosong hatinya. Bahkan, saking betahnya di sekolah, tak jarang Kemala sering pulang sore. Baginya sekolah merupakan rumah kedua. Di sanalah dia mampu mengaktulisasikan dirinya. Selain itu, kehadiran Umi, panggilan sayang kepada ibunya menjadi penyemangat dalam hidupnya.

Waktu terus berlalu, hari terus berganti, saat lulus SMP, kebingungan pun melandanya. Karena hasil UN bagus, Kemala berniat melanjutkan ke SMK favorit di Kota Kembang, Bandung. Namun, hal itu urung dilakukan karena pertimbangan keluarga. Keluarga sangat keberatan dengan mempertimbangkan faktor ekonomi, jarak, dan biaya transportasi. 

“Takut kandas tengah jalan,” ujar Umi saat itu kepada Kemala. 

Yaaah, itulah hidup. Terkadang bukan sesuai yang diinginkan melainkan sesuai yang dijalankan. Akhirnya, dengan legowo Kemala melanjutkan pendidikan di SMK swasta dekat dengan rumahnya. Ternyata, Tuhan bekuasa atas umat-Nya. Di tempat itulah, pintu-pintu kesuksesan sedikit demi sedikit mulai terbuka.

Berbekal keuletannya dalam dunia akademik, prestasi Kemala mulai diperhitungkan, baik oleh teman maupun oleh gurunya. Salah satu guru produktif mulai "mencium" potensi dalam diri Kemala. Pak Deden mulai mendekati Kemala dengan caranya. Meski awalnya risih,  Kemala mulai merasakan pengaruhnya dalam hidupnya. Maklum, Kemala bukan tipe orang yang dengan cepat menerima nasihat dari orang lain. Perlu waktu, juga mesti bertahap. Berkat jasanya pula, Kemala mendapat beasiswa  ke salah satu kampus negeri "pabriknya guru".  Kemala bersyukur karena orang lain belum tentu mendapat kesempatan yang sama.

Lagi-lagi kendala ekonomi menjadi batu kerikil dalam hidupnya. Namun, atas pertolongan Allah, Kemala sanggup menggenggam pendidikan yang ia impikan walaupun dengan perjuangan yang amat berat. Saat kuliah, Kemala sudah mulai mengamalkan ilmu yang dimilikinya dari almamater. Bolak-balik ngampus dan nguli sudah biasa ia jalani. Kemala sangat menikmatinya. Hal itu ia lakukan sampai benar-benar dia "sohih" menjadi seorang guru. Predikat sarjana melekat di belakang namanya.

Saat PPL, Kemala dikenalkan oleh temannya yang mengikuti kursus kecantikan. Kemala menyisihkan uang yang dimilikinya untuk mengikuti kursus tersebut. Saat itu, ia meyakini bahwa selain ilmu yang sedang dipelajari, ia pun harus memiliki kemampuan lain yang bisa memberikan manfaat, baik bagi dirinya maupun keluarganya.

Selain koleris, motif internalnya memang kuat karena memang keadaan menuntutnya demikian. Walaupun bukan kuliah pada jurusan yang utama pilihannya, yang sesuai dengan background  saat SMK, Kemala selalu istiqomah mencari ilmu. 

“Aku harus ahli,” ujarnya dengan penuh keyakinan. 

Kemala berhasil membuktikan perjuangannya. Maklum dialah satu-satunya yang meraih sarjana di keluarganya. Pendidikan yang ia tempuh dengan tetesan keringat dan air mata mulai mengubah pardigma berpikir di lingkaran terdekatnya. Oleh karena itu, kadang Kemala menjadi penentu kebijakan di keluarganya walapun secara empiris dia merupakan anak bungsu.

Setelah lulus, Kemala langsung mengamalkan ilmu yang ia miliki. Selain untuk kehidupan pribadinya, Kemala juga punya Umi yang perlu diperhatikan ekonominya, ditambah dua anak almarhumah kakak perempuan yang tinggal serumah. Keduanya seolah ditinggal oleh ayahnya. Ayahnya tinggal di kota yang sama dengan Kemala, namun tak ada perhatian secara material dan nonmaterial yang diberikan kepada dua anak kandungnya, terlebih setelah sang ayah menikah dengan istri barunya dan memiliki anak dari pernikahan keduanya. 

“Ayah anak-anak itu mungkin lupa bahwa di dunia ini ada mantan istri, tapi tak ada mantan anak. Kelak dia harus bisa mempertanggungjawabkannya,” ujarnya sambil agak kesal.

Sebetulnya Kemala dan kakak-kakaknya menyarankan agar menyerahkan keponakannya itu ke ayah mereka. Namun, Umi bersikeras agar keduanya ada dalam pengasuhannya meski dengan segala keterbatasan yang dimiliki. Kemala tidak bisa berbuat banyak, selain menjadikan Umi sebagai pintu surganya. Boleh jadi karena itu pula di saat teman seangkatannya belum tercatat mengikuti diklat PPG Dalam Jabatan, Kemala sudah tercatat sebagai peserta dan berhasil lulus setelah melewati beragam pelatihan dan ujian dengan lancar.

Kemala mengamalkan ilmunya di tempatnya mengabdi dari Senin hingga Jumat. Nah, saat week end biasanya Kemala isi dengan kegiatan merias pengantin. Keterampilan itu tidak dimiliki dengan cuma-cuma. Itu merupakan proses yang menjadi cadangan pengetahuan yang ia peroleh saat PPL tempo lalu. Tak jarang ketika ada job ia harus bangun lebih awal dan langsung menuju ke lokasi sebelum adzan Subuh berkumandang. Dari salary itulah Kemala bisa menghidupi dirinya. Walau tidak mudah, Kemala selalu berjuang menjadikan ibunya sebagai salah satu pintu surganya. Ya, pintu surga yang telah Allah janjikan kepada umat-Nya, terutama bagi orang yang berbakti pada orang tua, semoga!

Rabu, 13 Oktober 2021

Puisi-Puisi Harits Althaf Ridwan

 

MEMBACA

 




Membaca adalah dunia baruku

 Kaya akan coretan penuh makna

Banyak tersimpan cerita didalamnya

Kumpulan baris demi baris dalam sebuah catatan pena

Dengan membaca ku buka jendela dunia

Tergambarkandisetiap lembar yang ku baca

Seperti memandang dunia baru diluar sana

Mulai dari yang asyik hingga hal yang menarik

Disini kumulai dunia baruku

Dunia yang kaya imajinasi

Dunia yang penuh akan kesan

Penuh dengan banyak tantangan

 

 

 

 

DOA

Puisi Harits Althaf Ridwan

 

 

Untuk Mu pemilik raga ini

Dalam hening kutundukan kepala

Kulantunkam syair tentang hidupku

Tentang gundah gulanaku

Permintaan ampun kuterus panjatkan

Disela waktu jalan ibadahku

Bila terputus nafas hidupku

Terimalah aku disisi diri Mu

 

 

 

 

BILA KAU HILANG ?

Puisi Ayu Defanadia Safitri




Sejak engkau datang, aku mengurung diri dalam rumah

Mengunci pintu dan jendela, menutup lubang angin

Menutup segala yang terbuka dari rasa takut

Padahal, aku tak tahu, engkau ada diluar

atau di dalam tubuhku


Engkau mengusirku dari jalan - jalan, mal, pasar, sekolah, bahkan rumah ibadahku

Padahal, aku selalu tak mampu

Untuk keluar dari keramaian

Beri tahu aku, engkau siapa sebenarnya corona?


Engkau datang seperti bala tentara dalam operasi senyap

Menembaki ribuan orang bahkan jutaan orang di seluruh dunia dengan peluru kecemasan

Padahal, aku hanya orang biasa yang tak punya senjata, yang selalu percaya bahwa perang hanya untuk para tentara


Apakah engkau hanya datang sebagai pengecut ?

yang menyerang saat aku buta ?

Saat aku kerap lalai menyalakan api iman dalam dada

Saat aku terlalu bahagia dengan gemerlap dunia, dan lupa pada dosa dosa


Corona, bila kau hilang dari bumi ?

Aku ingin cepat cepat kembali hidup aman

Aku ingin melakukan aktifitas yang biasa kulakukan tanpa rasa takut ataupun cemas

Semoga kau cepat hilang dari bumi

Dan bumi bisa kembali sembuh

Sabtu, 09 Oktober 2021

PENYESALAN

 Cerpen Harits  Althaf  Ridwan


Matahari sudah berada di tengah cakrawala. Waktu menunjukkan pukul 12 siang. Rokky bergegas agar tidak ketinggalan jam penerbangannya. Jalan menuju bandara sangat jauh sehingga memaksa Rokky harus berlari sangat kencang. Nafasnya terlihat terengah-engah saat ia sampai di sana. Rokky terpaksa pulang ke Indonesia karena Corona sudah sangat merajalela di Jepang. Akhirnya dengan rasa tenang dan senang Rokky segera memasuki pesawat.

“Aku harus bisa pulang apapun caranya.”

Dengan mata tertutup, Rokky berusaha menenangkan diri dari sedikit  ketakutan yang mulai menyelusup. Perjalanan dari Jepang menuju Indonesia memakan waktu sekitar delapan hingga sembilan jam. Waktu yang lama itu membuat perjalanannya terasa sangat membosankan. Tidak banyak hal yang bisa Rokky lakukan di dalam pesawat.

Sesekali Rokky pergi ke toilet untuk buang air. Satu kali Rokky bertemu dengan orang yang keadaanya tidak sehat. Orang tersebut terus saja bersin, dan batuk tanpa henti. Satu kali, orang itu bersin ke arah wajah Rokky.

“Maafkan saya, saya tidak sengaja,katanya. Wajahnya pucat. Orang tersebut pergi dari hadapan Rokky.

Rokky, berjalan masuk dengan rasa kaget sekaligus geram karena kelakuan orang tadi. Setelah selesai membersihkan wajah dan buang air, Rokky kembali ke tempat duduknya dengan masih memendam rasa kesal dan geram kepada orang bersin tadi.

Tidak terasa, akhirnya pesawat yang ditumpangi Rokky sampai di Bandara Soekano-Hatta. Dengan perasaan gembira karena bisa pulang, Rokky segera memesan ojek online sebagai sarana transportasinya menuju rumah. Perjalanan selama satu jam tidak terasa bagi Rokky. Kerinduan akan rumah sudah menyelimuti hati dan pikirannya. Tembok rumah dan pintu terlihat tidak berubah dari saat Rokky pertama kali pergi. Pintu belum selesai dibuka oleh Rokky, saat mamanya lebih dulu membukakan pintu. Dengan wajah haru karena kebahagiaan, mamanya memeluk Rokky dengan sangat erat.

“Aku pulang, Ma.” Senyum hangat Rokky merekah saat ia membalas pelukan mamanya.

***

 

Dua minggu telah berlalu.  Rokky tengah terbaring lemas di kamarnya. Rokky sedang tidak sehat. Ia mengalami bersin dan batuk yang sangat parah. Selain itu ia juga merasa sesak napas. Mamanya menyarankan pada Rokky untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter.

Di tempat praktik dokter, Rokky diminta untuk melakukan rapid test. Tiga  hari menunggu hasil, ternyata Rokky terinfeksi COVID-19, dan itu artinya keluarganya pun terjangkit penyakit yang sedang merajalela tersebut. Mungkin ini akan menjadi penyesalan Rokky yang sangat dia sesali, tapi apa daya, arang sudah jadi abu. Rokky hanya dapat pasrah menjalani pengobatan dan isolasi.

Namun, Rokky berjanji, jika telah sembuh nanti, ia akan lebih berhati-hati. Ia akan menaati protokol kesehatan dengan lebih ketat. Selalu menjaga jarak dengan orang lain, menggunakan masker, dan tidak lupa untuk selalu mencuci tangan setelah beraktivitas di luar rumah.


  Praktik Baik : Menjadi Content Creator Bernilai Citra Roska Awaliyah, M.Pd Guru IPA SMPN 3 NGAMPRAH Calon Guru Penggerak Angkatan ...